Kamis, 18 Februari 2010

Cerita Wayang

Pandawa Seda


Setelah pengangkatan Parikesit menjadi Raja Astina, semua sudah diatur begitu sempurna, dan Prabu Baladewa mendapat tugas mendampingi Parikesit sampai menjadi dewasa.Uwa Drestarastra,Uwa Gendari serta Ibu Kunti berpamitan akan pergi kepuncak Himalaya karena sudah saatnya mencari kesucian jiwa, Demikian pula Paman Yama Widura serta puteranya Sanjaya mengikuti kepergian mereka. 

Para Brahmana dan Pandawa serta semua sanak saudara memberikan doa restu kepada para sesepuh mereka yang akan menyucikan diri untuk kehidupan yang akan datang. Mereka berpakaian Brahmana. Para Pandawa dan Brahmana mengantar kepergian Para Sesepuh Astina.

Setelah beberapa hari mereka berangkat ke Gunung Himalaya,Sampailah mereka didaerah kaki Gunung Himalaya.. Mereka berniat naik kepuncak Himalaya, namun karena kondisi mereka sudah begitu lanjut, mereka sudah tidak bisa melakukannya. Maka mereka akan melakukan tapa brata di hutan di kaki Gunung Himalaya.

Setelah beberapa tahun bertapa, hutan tempat mereka bertapa terbakar hebat, sehingga para sesepuh termasuk Sanjaya semuanya tewas terbakar..

Para Pandawa menjadi perihatin mendengar berita terbakarnya hutan tempat para sesepuh bertapa. Namun Batara Narada kemudian turun ke marcapada dan memberitahukan pada Para Pandawa bahwa para sesepuh Pandawa yang meninggal di hutan, bukan terbakar karena hutannya terbakar, tetapi api yang membakar mereka adalah api suci yang muncul dari dalam jiwa raganya sendiri. Pandawa menjadi lega setelah mendengar dari Batara Narada.

Sementara itu Prabu Kresna sangat perihatin dengan keadaan bangsanya, yaitu  Bangsa Yadawa, yang mengalami perpecahan antar bangsa Yadawa. Prabu Kresna teringat supata Dewi Gendari kepadanya, yang menganggapnya Prabu Kresna yang membunuh seluruh anaknya. 

Ataukah karena ulah Samba, Samba dan sekelompok pemuda, melecehkan para resi yang berkunjung ke Dwarawati. Oleh teman temannya Samba di dandani seperti wanita cantik. Oleh teman  Samba ditanyakan pada para resi, bawa wanita ini sedang hamil, minta diramalkan kalau nanti lahir anaknya laki laki atau perempuan. Seorang Resi menjawab bahwa ia, Samba seorang laki laki, dia tidak akan beranak bayi, tetapi akan beranak sebuah gada, paman Batara Kresna, Prabu Setyajid meminta agar gada di hancurkan hingga menjadi serbuk, dan dibuang di kedalam laut. Jangan ada satu serbuk pun yang tertinggal didarat. Samba menuruti kehendak eyangnya.Samba menumbuk gada itu hingga menjadi serbuk, namun ada satu keping  baja dari gada itu, yang tidak bisa dihancurkan. Samba membawa serbuk ke lautan, sedangkan kepingan potongan gada ditinggalkan begitu saja. Belum sampai dimasukkan kedalam lautan, serbuk itu tertiup anngin, sehingga serbuk terbang kembali kedaratan. Dari serbuk gada yang telah tersebarkan oleh angin, ternyata tumbuh menjadi sejenis rumput.Sedangkan kepingan potongan gada ditemukan oleh seorang pemburu. Dialah ki Jara. Sementara pertarungan bangsa Yadawa terjadi juga. Di padang rumput itulah mereka bertempur, Samba, Setyaki dan seluruh Keluarga Yadawa tewas.Sebagai bukti adanya pertempuran besar bangsa Yadawa, maka padang rumput yang berwarna hijau, menjadi warna merah darah. Darah para kesatra bangsa Yadawa yang tewas dalam pertempuran. Prabu Sri Batara Kresna merasa sangat terpukul menerima kenyataan ini. 

Prabu Sri Batara Kresna segera meninggalkan Dwarawati. Prabu Kresna berpesan pada rakyatnya, agar rakyatnya mengungsi, karena sepeninggal Prabu Kresna, akan terjadi banjir besar yang akan menenggelamkan Kerajaan Dwarawati. Prabu Batara Kresna bertapa menyucikan diri minta anugerah Dewata, Sementara itu, Arjuna mendengar berita, kalau Istana Dwarawati terjadi banjir besar. Arjuna mencari  keluarga Prabu Batara Kresna yang tertinggal di Istana.

Arjuna menemukan beberapa keluarga Prabu Batara Kresna yang belum sempat mengungsi, Namun dalam perjalanan Arjuna menolong, mereka, dicegat beberapa orang perampok. Arjuna mendapat serangan, ternyata Arjuna sudah tidak berdaya. Kesaktian yang ada pada dirinya telah musnah. Arjuna dipukuli oleh mereka, tanpa bisa membalas. Akhirnya barang barang bawaan para pengungsi dirampas oleh mereka. Arjuna merasa kecewa tidak bisa menolong mereka. 

Sementara itu Prabu Batara Kresna tetap bertapa. Karena lamanya bertapa, maka tempat Prabu Sri Batara Kresna bertapa ditumbuhi ilalang yang sangat lebat. Sampai pada suatu saat seorang pemburu bernama ki Jara mengejar buruannya sampai ketempat Prabu Sri Bathara Kresna bertapa. Ki Jara melihat kaki kijang dari sela sela ilalang yang rimbun. Ki Jara melepaskan anak panah kearah Prabu Bathara Kresna,yang dikiranya seekor kijang. Anak panah itu mengenai jempol kaki kirinya, dan tewaslah Prabu Sri Batara Kresna. Rupanya pengapesan Prabu Sri Bathara Kresna pada jempol kaki kirinya. Ki Jara menangis ketika menegetahui raja yang dicintainya tewas terkena panahnya. Ketika Ki Jara sedang menangisi Prabu Batara Kresna yang telah meninggal dunia, tiba tiba Batara Kresna pun  moksa  

Para Pandawa merasa terpukul ketika mendengar kabar meninggalnya Prabu Batara Kresna. Dengan kesepakatan para Pandawa dan Prabu Baladewa sebagai sesepuh, diangkatlah Parikesit yang masih muda belia menjadi Raja, dan bergelar Prabu Kresna Dwipayana. Nama yang diambil dari nama Eyang buyutnya Begawan Abiyasa yang sewaktu masih muda dan menjadi Raja Astina dengan gelar Kresna Dwipayana. Begawan Abiyasa juga hadir dan merestui pengangkatan cicitnya menjadi Raja di Astina. Puntadewa sudah merasa lega semua tugas kerajaan telah diserahkan pada raja yang baru.  

Prabu  Baladewa pergi bertapa ditepi sungai Yamuna. Setelah beberapa tahun kemudian, Prabu Baladewa muksa dan kembali menjadi Batara Basuki.

Dengan meninggalnya sesepuh Pandawa, Ibu Kunti, Uwa Drestarastra, Uwa Gendari, serta Paman Aryo Yama Widura, Sanjaya serta Prabu Bathara Kresna dan Prabu Baladewa.Para Pandawa menyampaikan hal ini kepada Eyang Abiyasa. Eyang Abiyasa menyarankan agar Para Pandawa sudah saatnya menyucikan diri ke Puncak Himalaya. Para Pandawa pun berangkat menuju kesana. 

Mereka berpakaian Brahmana, putih bersih menuju puncak Gunung Himalaya. Disanalah Kahyangan tempat para Dewa bersemayam. Puntadewa, Werkudara, Arjuna. Nakula dan Sadewa, beserta Dewi Drupadi telah bertekad bulat untuk pergi kesana. Setelah berpamitan dengan Eyang Abiyasa, serta cucu cicit dan semua keluarga dan para kerabat, Berangkatlah mereka.  Setelah melakukan perjalanan panjang sampailah mereka dikaki Gunung Himalaya. 

Di kaki Gunung Himalaya ini, Dewi Drupadi kedinginan. Kaki Gunung telah bersalju tebal sekali, setelah beberapa lama berjalan, darah terasa beku, Dewi Drupadi meninggal di kaki Gunung Himalaya. Mereka meninggalkan Dewi Drupadi, Para Pandawa meneruskan perjalanannya  lagi. 

Ketebalan es semakin tinggi dan medan semakin sulit Tiba tiba Sadewa yang didalam hidupnya tergolong orang pandai, dan bijaksana, pada seperempat pendakian Gunung Himalaya, sudah tumbang dan meninggal dunia.  

Mereka melanjutkan perjalanannya. Medan perjalanan semakin sulit dan suhu semakin dingin  Sesampai pertengahan menuju puncak, Nakula sudah tidak kuat lagi, dan meninggallah ia. 

Sementara itu Arjuna menggigil kedinginan dan setelah beberapa lama berjalan, Arjuna pun tumbang dan meninggal. Kini tinggal Puntadewa Wetkudara  yang masih bertahan. Mereka meneruskan perjalanannya. Werkudara begitu tangguh , mengiringi perjalanan kakaknya Puntadewa. 

Ketebalan es sudah mencapai pusar Werkudara, Werkudara sudah tidak kuat lagi. Ia sudah tidak bisa berjalan lagi. Ia mati kedinginan.  Puntadewa tinggal seorang diri. Puntadewa berjalan cepat, kakinya tidak masuk dalam es, Puntadewa berjalan diatas  es yang keras, sehingga badannya tidak tenggelam dalam es.

Kini sudah hampir mencapai puncak Himalaya. Puntadewa tetap berjalan dan berjalan. Tiba tiba dalam perjalanan ada seekor anak anjing berwarna putih tidak bisa berjalan, karena hampir tenggelam didalam es. Puntadewa segera menolong anak anjing itu, dan dibawanya serta naik kepuncak Himalaya

Tiba tiba saja terdengar suara dewa mengingatkan Puntadewa agar membuang anjing itu. Kalau Puntadewa masih nekat naik kepuncak dengan membawa anak anjing, maka Puntadewa tidak akan masuk suwarga. Puntadewa tidak takut dengan peringatan itu, ia tetap membawa anak anjing itu ke puncak Himalaya

Walaupun ia nanti tidak masuk surga. Puntadewa berjalan dan terus berjalan, tidak ada satu hambatan yang dirasakan. Sesampai dipuncak, tiba tiba anak anjing yang selalu dibawa Puntadewa, berubah menjadi Batara Dharma, yang tidak lain ayahnya sendiri. Batara Darma membimbing Puntadewa memasuki Kahyangan. Tidak lama kemudian datang batara Indra menjemput Punadewa, dengan kereta kencana yang ditarik  oleh tujuh ekor kuda putih.


Thank you, for your attentions, please corrections and input.

 SELESAI